RESUME MENGENAI DEMOGRAFI

 RESUME

“DEMOGRAFI”







Oleh :


Nama : Muh Khuwailid Hakim 

  Npp    : 30.119

  No absen : 20

  Kelas   : I-6



Institut Pemerintahan Dalam Negeri

2021


Modul 1

Pengantar Demografi


Perkembangan Demografi dan Kaitannya dengan Pembangunan

          Demografi berasal dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein yang berarti gambaran. Jadi demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk atau manusia terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk yang terjadi. Demografi sendiri sebenarnya melibatkan studi ilmiah tentang ukuran, penyebaran penduduk secara geografi maupun spasial, komposisi penduduk, dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.

  1. DEMOGRAFI FORMAL DAN KEPENDUDUKAN

            Ilmu demografi sendiri sebetulnya terbagi menjadi dua yaitu demografi formal atau murni dan studi kependudukan. Demografi murni atau pure demography merupakan ilmu yang menghasilkan berbagai teknik-teknik pengukuran indikator kependudukan. Demografer formal biasanya merupakan ahli matematika atau statistika yang menghitung variabel demografi secara matematis.

            Studi kependudukan merupakan studi yang membahas tentang hubungan antara faktor-faktor perubahan penduduk dan faktor-faktor pembangunan. T. Romlinson (1965) mengatakan bahwa studi kependudukan menerangkan informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahanperubahannya, serta menerangkan faktor penyebab perubahan tersebut dan menganalisa segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan tersebut. Mantra (2000) mengatakan bahwa studi kependudukan lebih luas dari kajian demografi murni, karena di dalam memahami struktur dan proses kependudukan di suatu wilayah, faktor-faktor non demografis ikut dilibatkan, misalnya dalam memahami fertilitas di suatu daerah tidak hanya cukup diketahui trend pasangan usia subur tetapi juga faktor sosial, ekonomi dan budaya yang ada di daerah tersebut.

            Teori-teori tentang kependudukan juga terus mengalami perkembangan. Teori kependudukan yang sebelumnya banyak dibahas di antaranya hipotesis Malthus tentang hubungan antara penduduk dan keterbatasan sumber daya alam serta kaitan antara kependudukan dengan lingkungan hidup. Dalam bukunya yang berjudul Essay on the Principle of Population, Thomas Robert Malthus mengembangkan demikian Daniel Malthus tentang hubungan antara penduduk dengan pangan. Teorinya mengajukan tiga hal penting yaitu:

  1. Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber subsistensi pangan

  2. Jumlah penduduk akan meningkat apabila sumber-sumber subsistensi meningkat, kecuali kalau ada faktor-faktor penghambat.

  3. Faktor penghambat tersebut yang menekan perkembangan penduduk serta menekan dampaknya pada tingkat subsistensi dapat dipecahkan melalui ketahanan moral, kejahatan dan kesengsaraan.



  1. DEMOGRAFI, KEPENDUDUKAN DAN ILMU LAINNYA

            Demografi dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu interdisipliner karena relasinya dengan banyak disiplin ilmu akademis lainnya seperti matematika, statistika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi, ekonomi, dan psikologi. Seorang ahli sejarah, terutama demografer sejarah, sangat mungkin memperhatikan keluarga dari masa lampau, dengan usia perkawinan dan komposisi serta ukuran dari satu rumah tangga di masa lalu. ahli sosiologi dan antropologi juga tertarik pada status, peranan, jaringan dan pembuat keputusan di dalam keluarga serta pranata yang ada di dalam keluarga tersebut. Pada beberapa masyarakat, memiliki banyak anak memberikan kehormatan bagi sang ibu dan keluarga. Alasan mengapa orang menginginkan banyak anak adalah pertanyaan yang dapat membuat ahli psikologi khawatir. Namun ahli ekonomi memandang keluarga sebagai unit ekonomi, dan studi mereka mencakup hal seperti biaya yang dikeluarkan untuk anak, yang juga relevan terhadap kerja demografer. Sebuah epidemi terjadi apabila suatu penyakit menyerang sejumlah banyak orang pada saat bersamaan. Epidemiologi, akan tetapi, bukan hanya merupakan studi dari epidemi saja, saat ini epidemiologi juga mempelajari tentang morbiditas (investigasi mengenai sakit dan penyakit) dan salah satu konsekuensi dari perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat yang didukung oleh perubahan iklim global.


  1. DEMOGRAFI DAN PEMBANGUNAN

            Penduduk mengacu pada manusia, individu, orang atau sekumpulan orang-orang dalam suatu wilayah tertentu. Sedangkan pembangunan mempunyai arti proses merubah sesuatu menjadi lebih baik atau membuat sesuatu lebih baik, untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh penduduk. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang berdasarkan evidence atau data, karena dengan data yang valid, reliable dan mempunyai cakupan yang luas akan menjadi titik tolak dalam menentukan perencanaan dan langkah-langkah pembangunan berwawaskan kependudukan. 

            Konferensi Kependudukan Internasional yang dilaksanakan di Kairo, menyepakati bahwa isu-isu kependudukan tidak hanya mengenai jumlah dan dinamika penduduk, tetapi lebih pada manusia dengan segala matra dan hakhak untuk pembangunan dan mendorong ke arah hidup yang lebih baik dimanapun mereka dilahirkan. Kemudian pada tahun 2000 disepakati Millenium Development Goals (MDGs) yang menjadi arah pembangunan bagi negara-negara yang ikut menandatangani kesepakatan tersebut. MDGs dilakukan untuk menjawab tantangan di era millenium dengan langkah kongkrit dalam menilai kinerja (performance) melalui tujuan jangka panjang (goals), serta menetapkan target dan indikator yang sudah ditetapkan dari 1990 hingga 2015, yang disebut "Millenium Development Goals" (MDGs). 

Adapun 8 tujuan dari MDGs adalah:

1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan.

2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua.

3. Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan.

4. Mengurangi angka kematian bayi.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, penyakit lain.

7. Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

8. Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.


  1. TRANSISI DEMOGRAFI

           Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. PBB (1989) membagi transisi demografi ke dalam 4 tahap, yaitu:

  1. Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi, ditandai dengan indikator Total Fertility Rate (TFR) di atas 6, dan angka mortalitas (kematian) juga tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang dari 45 tahun. Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap tahunnya. Berbagai faktor penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranya adanya peperangan, gagal panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga pangan serta meluasnya wabah penyakit menular.

  2. Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan cepat karena penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi. Angka kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap ini berkisar antara 4,5-6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-55 tahun.

  3. Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi penurunannya mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55-65 tahun, sedangkan TFR mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program keluarga berencana dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat pendidikan mulai meningkat.

  4. Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah rendah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah 3. Proses transisi demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) = 1. Tahap ini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju.


  1. PROSES TRANSISI VITAL


            Proses transisi vital dimulai dengan adanya modernisasi dan industrialisasi serta transformasi dalam berbagai segi kehidupan secara simultan. 

  1. Transisi Mortalitas

            Transisi morditas terdiri dari 3 tahap yaitu tahap penyakit sampar (pes) dan kelaparan, masa penurunan pandemic dan munculnya penyakit degeneratif. Pada tahap penyakit sampar dan kelaparan, angka mortalitas berada pada tingkat yang tinggi. Kemudian pada tahap penurunan pandemik menyebabkan penurunan angka mortalitas dengan cepat, sampai pada suatu masa di mana angka mortalitas stabil pada angka yang rendah yaitu pada pasca transisi, dan pada masa ini penyakit degeneratif mulai bermunculan karena perubahan gaya hidup.


  1. Transisi Fertilitas

            Suriastini (1995) menuliskan bahwa transisi fertilitas di negara-negara maju terjadi dalam 4 tahap yaitu diawali oleh Finlandia pada tahun 1750 yang mengalami penurunan fertilitas, disusul oleh Prancis pada tahun 1760, Cekoslowakia tahun 1785 dan Amerika pada tahun 1800. Di negara berkembang juga terjadi dalam 4 tahap yaitu penurunan fertilitas di Argentina pada abad ke 19 dan awal abad ke 20 (sejak tahun1885), Uruguay (1895) dan Chili (1915 hingga 1920). 


  1. TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA

            Transisi demografi di Indonesia ditandai dengan penurunan angka kematian bayi dari 140 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 35 pada tahun 2000. Sedangkan angka fertilitas menurun dari 5,6 pada tahun 1961 menjadi hanya 2,6 pada tahun 2007. Artinya, jumlah anak yang dimiliki oleh setiap perempuan Indonesia hingga akhir usia reproduksinya turun dari sekitar 5 hingga 6 anak, menjadi hanya 2 hingga 3 anak. Sebagaimana telah disebutkan di atas, transisi demografi di Indonesia terjadi karena adanya program nasional keluarga berencana dengan penanaman paradigma dua anak cukup untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Pada masa itu penyediaan kontrasepsi murah diperluas, pelayanan kontrasepsi mencapai hingga ke pelosok perdesaan. Suriastini (1995) mengatakan bahwa terdapat 72,8 persen bayi tercegah kelahirannya dalam periode 1981-1987 sebagai dampak dari pengaturan kelahiran dan penundaan usia perkawinan. Untuk Daerah Jawa dan Bali sumbangan pengaturan kelahiran meningkat dari 54,6 persen pada tahun 1972-1976 menjadi 75,25 persen pada tahun 1982-1987.


Struktur dan Persebaran Penduduk

            Komposisi/struktur penduduk merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan karakteristik tertentu seperti karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan persebaran penduduk merupakan gambaran tentang distribusi penduduk secara ke ruangan. Dalam kajian demografi terdapat 3 hal penting yang berkaitan dengan penduduk yaitu:

1. Dinamika penduduk yaitu perubahan jumlah dan struktur penduduk sebagai akibat perubahan parameter fertilitas, mortalitas dan migrasi.

2. Komposisi atau struktur penduduk

3. Jumlah dan distribusi atau persebaran penduduk


  1. STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

            Struktur penduduk berdasarkan karakteristik demografi banyak digunakan untuk menyusun perencanaan kebijakan pemerintah terutama kebijakan yang menyangkut pelayanan kebutuhan dasar. Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin misalnya digunakan untuk merencanakan pelayanan pendidikan, kesehatan dan penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan. Setiap kelompok umur, mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Pada kelompok umur 0- 4 tahun mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan penduduk 20-24 tahun, atau penduduk laki-laki mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan kelompok penduduk perempuan.



B. BONUS DEMOGRAFI

            Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur 

penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka kelahiran dan angka kematian. Penurunan angka kelahiran akan menyebabkan penurunan jumlah penduduk umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan penambahan penduduk usia produktif 15-64 tahun sebagai akibat banyaknya kelahiran di masa lalu. Sementara karena perbaikan status kesehatan, umur harapan hidup semakin panjang, sehingga lansia akan semakin meningkat. 



Bonus Demografi di Indonesia

            Indonesia telah mengalami transisi demografi yang lebih pendek dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Transisi demografi yang terjadi akibat intervensi kesehatan dan pelaksanaan program KB dijalankan sejajar dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga Indonesia secara cepat mampu mengalami transisi demografi. Jika pada awal tahun 1960-1970an Indonesia mengalami baby boom tahap pertama di mana angka kelahiran total (TFR) mencapai 5,7%.


Comments